Angka di Balik Mimpi – Kisah 26 September 2025

Pada malam tanggal 25 September 2025, langit Kota Semarang mendung, tetapi suasana di sebuah gang sempit di daerah Johar tetap ramai. Di ujung gang itu, Pak Gito—seorang pria paruh baya dengan rambut setengah putih—tengah duduk di warung kopi sambil memandangi selembar kertas kecil di tangannya.

BERMAIN JUDI ADALAH DOSA

“Lima… delapan… sembilan… dua,” gumamnya pelan.

Orang-orang di warung mengenalnya sebagai “penafsir mimpi”. Setiap malam, orang datang padanya bukan untuk sekadar ngopi, tapi untuk menceritakan mimpi-mimpi aneh mereka—dari dikejar ular sampai melihat kereta api terbang—semua dengan harapan Pak Gito bisa “membaca pertanda”.

Malam itu, seorang pemuda bernama Reza menghampiri. Wajahnya cemas.

“Pak, tadi malam saya mimpi aneh. Saya lihat nenek saya yang sudah meninggal, duduk di tengah sawah, sambil melambai-lambai. Lalu tiba-tiba petir menyambar, dan saya terbangun.”

Pak Gito diam sejenak, lalu membuka buku tuanya. “Nenek, sawah, dan petir… Itu angka tua. Tapi anehnya, mimpi seperti itu sering muncul dekat tanggal-tanggal sakral.”

“Memangnya besok tanggal berapa, Pak?” tanya Reza.

“Besok? Tanggal 26 September. Hari Jumat Kliwon. Bukan hari sembarangan,” ucap Pak Gito, matanya menatap langit yang mulai berbintang.

Reza tersenyum setengah yakin, lalu pamit pulang. Di sakunya, terselip empat angka yang baru saja ditulis Pak Gito: 2 – 6 – 9 – 8.

Keesokan harinya, kota digemparkan. Entah kebetulan atau takdir, angka yang muncul di pengumuman resmi adalah… 2698.

Dan sejak hari itu, legenda “angka keramat 26 September” mulai menyebar di kalangan warga. Tapi yang tidak banyak tahu, Pak Gito sendiri tak pernah menebak angka itu untuk dirinya. Ia hanya percaya: mimpi bukan untuk ditebak, tapi dipahami.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *